Kalau kalian berpikir Jakarta adalah satu-satunya kota di
Indonesia yang macetnya gak ada obat, kalian salah !! Ketika tiba di Bandara
Hasanuddin, hiruk pikuk kota Makassar dengan segala kemeriahannya sangat terasa
sejak kaki ini melangkah keluar menuju pintu kedatangan. Padatnya kendaraan
yang memenuhi sisi kanan dan kiri jalan di Kota Makassar, mengingatkan ku
dengan kondisi Ibu Kota “Duh Macetnya Makassar”. Saya jadi bertanya pada diri
sendiri, mungkin virus kemacatan kota-kota besar yang ada di Pulau Jawa seperti
Jakarta sudah menyebar ke mana-mana, termasuk kota Anging Mammiri ini. Ah,
semoga itu tidak benar. (sayangnya, itu adalah fakta)
Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar - Indonesia
Kota metropolitan ! sebutan itu
mingkin akan dimiliki juga oleh kota ini beberapa tahun lagi, dan saya hanyut
dalam keramaiannya. Melihat betapa sibuknya kota Makassar hari ini, membuat
saya kehilangan arah tujuan perjalanan kali ini. Terjebak di kota
se-besar-Makassar, nyasar? Sudah pasti !! saya tidak tahu harus memulai
perjalanan ini dari mana, Hiruk pikuknya sukses menenggelamkan ku di Negeri
Pisang Epe. Tidak ada teman perjalanan dan tidak ada yang dikenal satu pun di
kota ini, balik lagi ke Jakarta? No way ! ini sudah terlalu jauh untuk kembali
pulang.
Peta Jakarta menuju Makassar
Pantai Lossari is Icon City of Makassar
Bermodalkan smartphone dan paket data
unlimited, mbah google siap menawarkan sejuta pesona kota Makassar yang bisa
membuai para backpacker atau traveler. Tidak hanya wisata alamnya yang tersohor
disini, kota Makassar juga memiliki berbagai macam makanan khas yang dibuat
dengan puluhan rempah-rempah terbaik di Indonesia dan siap memanjakan pecinta
kuliner. Tidak ketinggalan pula wisata sejarah seperti Benteng Fort Rotterdam
yang berada ditengah keramaian kota Makassar. And I think, it was a bautiful mistake.
Coto Makassar adalah Makanan khas kota Makassar yang kaya dengan bumbu dan rempah-rempah pilihan. Nikmat sekali bila disajikan berdampingan dengan ketupat.
Let’s get lost… perjalanan dimulai
dari Pegunungan Karst (kapur), lokasinya di Rammang-rammang di wilayah Maros
Pangkep, Makassar. untuk bisa sampai disana, saya harus menaiki perahu kecil
dan melintasi sungai yang cukup panjang dengan pohon bakau yang ada di kanan
dan kirinya selama 30 menit. Oh, God this is heaven on Earth ! Pemandangan
hijau bak permadani di kaki langit tersaji indah di depan mata. Angin yang
berhembus lembut sampai ketelinga, seakan Tuhan sedang berbisik pada ku “Life
is an absurd journey, just enjoy the show”
Perjalanan menuju Rammang-Rammang dengan perahu kecil berkapasitas 10 orang, membelah sungai dan hutan pohon bakau di kanan dan kiri.
Hamparan permadani hijau dikaki bukit kapur yang menjulang tinggi ini terdapat di Desa Rammang-rammang, Makassar - Sulawesi Selatan, Indonesia
Puas menikmati hijaunya desa di
bawah kaki bukit kapur, kaki ini melayang ke Leang-Leang. Leang-leang terletak
di Taman Nasional Batimumurung Bulusarung, (masih) di daerah maros. Di
Leang-leang terdapat banyak batuan karst dengan bentuk yang beraneka ragam dan
Goa Prasejarah yang sangat menarik. Goa ini dulunya sebagai tinggal tempat dan
penghuninya meninggalkan jejak dalam berbagai bentuk gambar di dinding goa.
Taman Nasional Bantimurung yang terdapat konservasi kupu-kupu di tengah bukit kapur yang menjulang tinggi disekelilingnya
Hamparan batu kapur di atas rumput hijau yang berbaris seperti Gigi Hiu serta cetakan telapak tangan adalah bukti dari kehidupan zaman pra sejarah yang mendiami Goa Leang-leang.
Langit mulai memerah, tanda sang surya kembali keperaduannya. Sudah cukup tamasya hari ini, tiba saatnya untuk mengistirahatkan tubuh kecil ku. Memberikan sedikit waktu pada kedua kaki kecil ini, karena esok perjalannan masih panjang. Bersyukurlah hostel ku tidak terlalu jauh dengan Pantai Lossari, menikmati serah terima tugas antara matahari dan bulan ditemani satu porsi pisang epe khas Kota Makassar. Perfectly !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar